Setelah Mengeluh Meminta Maaf
Setelah Mengeluh Meminta Maaf
Maaf ya, aku jadi begini bukan karena aku suka. Selama ini sebisa mungkin menghindari kata-kata negatif. Namun, perasaan yang ada bukanlah sesuatu yang bisa kututup-tutupi lagi. Kamu mungkin tak mau mengerti perihalku yang bisa begini. Aku pun juga tak meminta apapun untuk dipahami. Cukup bagiku meminta maaf, setelah merasa kamu mungkin akan semakin terbebani ketika membaca kata-kataku yang tidak ada positifnya sama sekali.
Maaf ya, sekali lagi, kukatakan. Kamu berhak melanjutkan pada tulisan yang lainnya. Tidak perlu penasaran terhadap perasaanku, yang bahkan tak pernah berarti di matamu. Perasaanku adalah tulisanku. Jadi, jika tak menerima apapun yang aku tulis, begitupula dengan perasaan. Tak ada lagi yang perlu dijaga, aku maupun tulisanku.
More Posts from Gowrite
Menikmati malam dengan cahaya, alunan musik akustik dan sebungkus coklat superstar. Sedang berusaha membangkitkan suasana tenang dan bahagia. Tak perlu mempertanyakan tentang apa yang sudah dan apa yang belum.
Resolusi kedepannya, untuk semakin memaknai arti 'melambat' dengan sebenar-benarnya. Bukan tanpa tujuan, juga bukan sengaja berleha-leha. Hanya saja ingin menikmati setiap momen serta prosesnya. Berusaha untuk tidak terbawa arus hanya karena orang lain bawaannya buru-buru terus.
Resolusi kedepannya, untuk tidak perlu selalu melihat ke belakang. Mengubah mindset bahwa hari kemarin boleh saja dalam keadaan tidak baik-baik saja, tetapi jangan sampai mempengaruhi dirimu di esok hari—di hari yang baru.
Harapannya bisa semakin mengenal diri sendiri. Mencari tau apa yang kita butuhkan, apa yang perlu kita toleransi, apa yang sebaiknya tidak untuk kita toleransi dan perlu untuk dibatasi.
Berhenti hidup di area abu-abu. Merespon setelah disuguhkan kenyataan. Terlalu lamban memikirkan semua kemungkinan dari setiap keputusan, padahal sebelum memutuskan harusnya telah cukup tergambarkan. Ada banyak hal yang perlu dibenahi ternyata.
Diam dalam keadaan begini sambil berkontemplasi ternyata membawa serta diri memikirkan dengan tenang apa yang perlu diselesaikan dari diri sendiri. Selamat sadar diri.
#MRJStory
Ucapan dan penjelasan terkadang tidak benar-benar bisa menjelaskan apa yang ingin disampaikan. Tidak pernah benar-benar mewakili semuanya. Meskipun telah berulang-ulang dipikirkan sebelum menyampaikan.
Jika tidak terdapat usaha saling memahami pada setiap kalimat yang rumpang dan penuh kurang. Kita mungkin tidak akan pernah bisa mencapai ketersalingan satu sama lain. Penting untuk mengutamakan komunikasi yang baik, juga keterkaitan diri untuk saling memahami, sekalipun yang ingin dimaknai itu masih kurang dan tidak beraturan.
Setelah semua itu terlewati, ada saatnya menemukan fase dimana memahami bukan lagi sekadar dari kata-kata, tapi hanya dari ekspresi serta tingkah laku saja.
Di kimia, ada istilah "Like dissolve like", bahwa sesuatu itu akan terlarut pada sesuatu yg sama. Itulah kenapa air dan minyak tidak pernah bercampur, karena mereka beda jenis kepolaran nya.
Kalau dalam konteks manusia, seseorang pernah menyampaikan ttg "Value attract value", bahwa apa yg kita jadikan nilai pada diri kita itulah yg akan mendekatkan kita pada orang² yg serupa.
Karena"kamu akan menemukan apa yang kamu cari, maka carilah sesuatu yang baik diantara banyaknya hal yang bisa dicari"~~~
Aku menulis, bertanya, berkali-kali ulang menulis, pada akhirnya mempertanyakan kembali apa yang sebenarnya ingin kusampaikan?
Dialog Dini Hari
Baru saja selesai scroll-scroll twitter, lalu melihat seseorang mengepost rincian pengeluaran bulanan, ada juga gambar rincian sekali belanja. Waah, yang ada mereka kena hujat netijen indonesia, karena mencantumkan harga-harga yang tidak sesuai dengan keadaan sekarang. Entah tahun berapa harga itu diambil. Namun yang terlintas di kepalaku, bukan benar-salahnya harga tersebut. Melainkan totalan belanja yang entah tahun berapa itu, tapi udah mahal. Aku jadi khawatir membayangkan masa depan.
Sungguh kalau dirumuskan dengan perhitungan manusia, semuanya tampak serba sempit. Padahal, kalau udah ada Allah yang bertindak di dalamnya, semuanya bisa menjadi lapang. Berapapun kebutuhan kita.
Seperti nasihat seseorang yang alim, rezeki itu sudah ada takarannya, yang penting kita berusaha untuk menjemputnya. Jangan khawatir, ada Allah yang akan mencukupkan :)