TBR List

TBR List 📖

Not started

Yolk, Marry H. K. Choi

Every Word You Cannot Say, Iain S. Thomas

Rebahan, Harus Tetap Tidur Dong!

Sejak kapan ya, gen-millenial dan gen-z disebut kaum rebahan? Sejak pandemi Corona ini, gelar tersebut jadi makin cocok. Orang yang produktif dan malas-malasan hampir tidak bisa dibedakan, soalnya banyak kegiatan yang bisa dikerjakan sambil rebahan.

Saking di rumah-rumah terus, kadang-kadang kita sampai lupa waktu ya. Sekarang jam berapa? Sudah malam atau masih siang? Sekarang hari apa? Hahaha. Lebih gawat lagi, kita lupa tujuan utama rebahan: tahap pertama menuju tidur. Karena hampir semua kegiatan dilakukan sambil rebahan, kita jadi sulit untuk tidur saat waktunya tiba. Tubuh kita sudah terbiasa untuk melakukan kegiatan lain. 

Banyak yang mengalami masalah tidur di masa pandemi ini. Salah satunya karena siklus tidurnya berubah. Bagaimana denganmu? Jika kamu juga mengalaminya, sebaiknya cepat diatasi. Tidur sangat krusial dalam kehidupan kita, loh.

Sudah banyak ilmuan yang mengungkap bahwa kurang tidur dapat mempercepat kematian. Memang, soal mati adalah urusan tuhan, tapi menjaga kesehatan adalah kewajiban manusia. Ikhtiar sebelum tawakkal. Selain itu, kualitas tidur yang tidak baik juga akan mengurangi kualitas hidup. Kinerja otak kita menjadi menurun, tubuh kita lemas karena kurang energi, dan mental kita menjadi lebih sensitif. Sebaliknya, tidur yang baik akan meningkatkan kemampuan kognitif, kreativitas, dan memperbaiki mood.

Agar kualitas tidurmu baik, sebaiknya kamu tetap melakukan kegiatan sehari-hari sebagaimana kamu berkegiatan sebelum masa isolasi mandiri di rumah. Tetap bangun pagi, mandi, sarapan, dan berpakaian rapi. Sebaiknya lakukan pekerjaan atau pembelajaran online-mu di meja, jangan di kasur. 

Hindari tidur siang yang terlalu panjang agar kamu bisa tidur di malam hari. Daripada tidur dan bermalas-malasan, jadilah produktif di siang hari. Usahakan semua pekerjaanmu sudah selesai sebelum jam sepuluh malam. Jika sudah jam sepuluh, jauhkan semua aktivitas di depan layar, dan bersiap-siap tidur. Dengan begitu, kamu bisa tidur dengan nyenyak dan bangun dengan bugar. Stay healthy ya, teman-teman!

Petualangan Lima Sekawan di Puri Faynight

(Sinopsis) (Spoiler Alert!)

Judul: Lima Sekawan dan Sarjana Misterius

Penulis: Enid Blyton

Tahun Terbit: 1997, Gramedia Pustaka Utama

Disclaimer: this is not the best synopsis. I wrote this only for my personal reading record.

Kalau ada yang belum tau Lima Sekawan, mereka terdiri dari George, Timmy (anjingnya George), dan tiga bersaudara Julian, Dick, dan Anne yang merupakan sepupunya George. Mereka adalah anak-anak cerdas dan pemberani yang suka bertualang. George itu perempuan, btw. Tapi dia suka banget jadi anak laki-laki. Dia suka pakai celana pendek.

Nah, pada liburan musim dingin kali ini, Lima Sekawan bertualang ke Faynight. Mereka berlibur di salah satu lokasi perkemahan di sana. Julian meminjam dua karavan untuk tinggal di sana. Tidak jauh dari lapangan tempat mereka berkemah, ada sisa runtuhan Puri Faynight. Mereka berencana untuk mengunjungi lokasi itu juga.

Menurut informasi dari ibu-ibu di toko kelontong, akan ada orang-orang pasar malam yang akan bergabung ke lokasi perkemahan mereka. Lima Sekawan tidak sabar untuk berkenalan dan menyaksikan pertunjukan-pertunjukan mereka semua. Orang-orang pasar malam itu datang dengan karavan-karavan unik. Modelnya sedikit lebih tua daripada yang Lima Sekawan punya. Benar saja, orang-orang sirkus dari pasar malam itu sangat unik. Ada si pengendali ular, manusia karet, dan pengendali api. Sayangnya, mereka sama sekali tidak ramah kepada Lima Sekawan. Katanya mereka tidak suka pada kaum mereka. Karavan Lima Sekawan bahkan sempat disembunyikan ke lapangan lain karena mereka tidak sukan Lima Sekawan berkemah di lapangan yang biasa menjadi tempat mereka itu. Sampai akhirnya Jo tiba.

Jo adalah salah satu anak yang pernah Lima Sekawan selamatkan di petualangan sebelumnya. Ternyata, Jo adalah keponakan dari Alfredo, si penelan api. Kebetulan Jo sedang berlibur ke daerah itu juga. Para pesirkus kaget dan bingung. Namun, setelah Jo menjelaskan bahwa Lima Sekawan adalah sahabat baiknya, akhirnya mereka semua berbaikan. Aku berasumsi para pesirkus itu adalah orang-orang Indian, karena Jo adalah orang Indian. Sedangkan Lima Sekawan adalah kaum kulit putih, karena mereka berasal dari Inggris.

Suatu malam, Julian meneropong ke arah Puri Faynight. Ia kaget karena ia melihat ada bayangan seseorang di menara puri tersebut. Dick juga melihatnya. Padahal puri itu sudah tidak ditempati siapa-siapa. Ditambah lagi waktu itu sudah lewat jam kunjugan ke puri untuk pelancong. Jadi tidak mungkin ada pengunjung yang dibolehkan untuk masuk ke sana sekitar jam tersebut. Akhirnya, Lima Sekawan memutuskan untuk memeriksa tempat tersebut keesokan harinya.

Merka jadi teringat berita yang mereka baca sebelum datang ke Faynight. Ada dua ilmuwan yang “menghilang” entah ke mana. Diduga mereka bukannya menghilang tapi melarikan diri ke luar negeri karena mereka membocorkan rahasia dan berkhianat pada negara. Namun, ayah George tidak percaya itu, karena salah satu dari ilmuwan tersebut, Derek Terry-Kane, adalah kenalan baiknya. Ilmuwan lainnya adalah Jefferey Pottersham.

Ternyata ada pintu-pintu rahasia di dalam puri tersebut. Pintu rahasia tersebut membawa Lima Sekawan ke tempat persembunyian orang mencurigakan yang Julian lihat lewat teropong semalam. Ternyata orang tersebut adalah Terry-Kane! Namun, kondisi Terry-Kane malah seperti sedang diculik. Ternyata Pottersham-lah yang menculik dan menyembunyikan Terry-Kane di sana. Mengetahui ada penyelinap yang menemukan tempat persembunyiannya, Pottersham akhirnya mengikat dan mengunci anak-anak di ruangan yang sama. Untungnya Jo bersama orang-orang pasar malam datang menyelamatkan mereka. Misteri sarjana misterius akhirnya terpecahkan.

I need sfw Tumblr recs who post original fics that are not fanfictions

Ibn Shawdab reported that he heard Yunus bin Ubayd -may Allah have mercy on him- saying:

“If a person rectifies these two qualities, all the rest of them with be upright as well: his prayer and his tongue.”

Ibn al-Jawzi, Sifat us-Safwah 2/182

Kaki Kecil

Selamat malam durja. Ketika semut kecil melihat bulan dengan air mata. Kaki kecilku membuat langkahku masih jauh dari cahaya. Meski aku berlari sekuat tenaga.

Selamat malam air mata. Air mata gadis raksasa itu seperti danau bagiku. Entah kesedihan atau kejengkelanku padamu. Aku berdurja, kau berdurja. Apakah kau terluka? Ah, aku terluka, dan kau tak bisa melihat aku di bawah sini berair mata.

Selamat malam bulan. Cahayamu adalah dari matahari. Namun, aku mengagumimu lebih dari matahari. Kau lebih cantik dan aku bisa memandangimu. Namun aku, aku dengan kaki kecilku berusaha sendiri, tak semenarik dirimu.

Wahai malam. Hai, selamat kamu. Kau selalu menjadi saat paling nyaman bagiku. Aku menikmati cahaya bulan dan bintang ketika ia ada. Jika kelam, aku menikmati anginmu saja. Kemudian aku bisa beristirahat karenanya. Apa kau bahagia? Aku mengandalkanmu. Sedangkan aku dengan semangat besarku tak mampu membahagiakan diriku.

Aku bersama koloni, dengan kaki-kaki kecil kami menumpuk persediaan makanan. Berhari-hari, untuk hari yang panjang. Namun, suatu hari, satu senggolan saja bagi mereka membuat kami harus kembali bekerja. Mengumpulkan sesuatu yang layak untuk hari yang panjang.

Kaki-kaki kecilku, aku mengandalkanmu. Mungkin aku harus cukup berbahagia denganmu. Kamu milikku, dan aku mengandalkan aku. Cukupkah itu untuk membahagiakan kita?