rasadanaksara - AksaraRasa
rasadanaksara
AksaraRasa

Mengeja rasa Meramu Aksara

72 posts

Rasadanaksara - AksaraRasa - Tumblr Blog

rasadanaksara
1 year ago

hedonisme atau saldoisme?

Hedonisme Atau Saldoisme?

Dalam pandangan Islam perihal konsumsi itu sangat penting, tujuannya agar seseorang lebih berhati-hati dalam menggunakan kekayaannya atau dalam membelanjakan sesuatu. Al-Qur'an dan hadist memberikan berbagai petunjuk yang jelas agar perilaku konsumsi manusia menjadi terarah dan dijaukan dari sifat hina karena perilaku konsumsinya.

Namun, di masa sekarang gaya hidup hedonisme semakin sering ditemui. Orientasi kecerdasan dalam membatasi keinginan adalah hal yang harus menjadi dasar dalam setiap periodik. Manajemen diri dalam mengatasi segala roda keinginan yang dibentengi oleh prioritas kebutuhan perlu ditingkatkan. Hedonisme lekat sekali dengan yang namanya pencitraan, butuh pengakuan hebat atau lebih hebat dari orang lain, butuh perlakuan istimewah dan penghargaan sosial yang tinggi sesuai ranah lingkup tiap personilnya. Tidak adil jika dijangkau dalam skala humanisme. Dimana rasa solidaritas harus dipangkas dengan popularitas yang semu tanpa adanya vibrasi padat didalamnya. Hal tersebut memiliki efek samping yang luar biasa dalam life style seseorang. Kebutuhan yang berstandar keinginan memicu banyak orang berpikir politis yakni meraih untung sebanyak-banyaknya dari selah yang bisa dimasuki untuk memperkaya diri sebagai upaya peningkatan status sosial. Tak ubahnya perilaku negatif tercover oleh prestise yang klise. Ahhhhh…. sungguh paradoks dari realita. Memaksa diri untuk selalu indah dihadapan banyak orang dalam perspektif “kulit” adalah pembodohan massa yang aktif. Hedonisme yang sudah merasuk pada setiap lini masyarakat melatih mereka untuk berpura-pura menjadi orang lain, melupakan jati diri dan identitas diri. Arus yang deras, namun tak seharusnya kita ikt terseret didalamnya. Upaya memperkuat tali diri dari arus tersebut adalah dengan membangun kesadaran diri bahwa hidup bukan untuk dinikmati, namun untuk dibatasi dari keinginan-keinginan yang bukan orientasi dari kebutuhan. Salam hidup!!!

rasadanaksara
2 years ago

Cermin Perjuangan

Mustahil ketika kita berusaha membebaskan umat ini dari keterbelakangan kecuali dengan membina mereka berdasarkan nilai-nilai Islam. Mustahil pula kita dapat membina mereka dengan tanpa diawali membina diri sendiri terlebih dahulu.

Kita sama-sama tahu, di berbagai dimensi kehidupan ini perubahan selalu hadir dengan diawali sebuah langkah kecil yang dilakukan secara konsisten. Seorang Alif dalam Film Ranah 3 Warna tak akan menjadi penulis hebat jika ia tak memaksa diri untuk mengulangi tulisannya yang bolak-balik direvisi oleh redaktur majalah kampusnya. Atau seperti Buya Hamka yang hari-hari masa kecilnya dihabiskan untuk bekerja menyampul buku demi bisa membaca buku-buku terbitan barat secara gratis di Perpustakaan Zainaro. Darinya, Buya Hamka menerbitkan karya-karya sastrawi yang bernilai tinggi!.

Saya jadi ingat apa yang disampaikan guru saya sewaktu masih SMA. "Seorang muslim hendaknya membiasakan diri untuk disiplin meskipun dalam urusan-urusan yang kecil!!" Begitu ucap beliau berapi-api dengan tatapan tajam sembari mengacungkan telunjuknya ke atas.

Dewasa ini, rasa-rasanya sulit untuk mengkonsistensikan diri pada hal-hal yang dianggap kecil. Pada akhirnya, kesempatan-kesempatan besar pun luput karena terbiasa tak menghiraukan tanggung jawab "kecil". Singkatnya, diri ini sudah jauh dari kata berjuang. Mata yang gampang lelah, lambung yang dekat dengan kasur, hingga waktu yang habis dimakan rutinitas semata. Seolah semuanya menjadi penghalang bagi jiwa ini untuk lalai dari medan perjuangan membina umat tadi. Jangan dulu membicarakan umat, bahkan sekedar meningkatkan kapasitas diri sendiri saja amat sulit.

Jadi, apakah hanya seperti ini kualitas diri kita? (*tanya ke diri sendiri)

Diantara kelelahan itu, suatu ketika saya berdiskusi panjang dengan Ustadz saya. Hingga sampai di ujung waktu perjumpaan pagi itu, saya mengeluhkan sebuah proyek yang terasa berat untuk diselesaikan.

===

"Kenapa ngga dicoba?"

Tanya beliau ketika kami hampir sampai di ujung jembatan yang membelah danau itu.

"Pas Lukman lihat, kayaknya berat deh tadz,"

Lantas beliau menghentikan langkah sejenak. Menoleh ke samping dengan tatapan yang dalam, dan disusul senyum tipis yang membentuk lesung kecil di pipinya.

"Hidup ini nggak ada yang ngga berat, nak"

Mak deg! spechless ketika mendengarnya di waktu itu. Teringat dengan kisah-kisah kaum terdahulu, dan orang-orang shalih yang tak pernah gentar mundur dari perjuangan. Pun teringat bagaimana ustadz saya bercerita ketika berkuliah di negeri orang, bersusah payah hanya untuk sekedar mencari tempat sholat. Menahan lapar sekaligus dinginnya salju di negara itu, karena tak dijumpainya kedai halal di sekitar tempat penelitian.

Ah, hidup ini memang tak ada yang mudah.

Draf lama || 4 Maret 2023

rasadanaksara
2 years ago

Rahasia di Balik Kata 'Pemuda' yang Jadi Headline dalam Kisah Ashabul Kahfi

@edgarhamas

Pernah bertanya-tanyakah kita tentang hal satu ini: kenapa Allah secara tersurat mengumumkan bahwa Ashabul Kahfi adalah anak muda?

Sebelum memulai kisah, Allah tegaskan dengan lugas, "Kami ceritakan kepadamu kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda..."

Masa muda itu istimewa, sampai-sampai Rasul pun menggambarkan salah satu dari 7 golongan yang diberi naungan oleh Allah di hari kebangkitan adalah "anak muda yang tumbuh dalam bertaat pada Allah." Soekarno pun pernah bilang kan? "Beri aku 10 pemuda, akan ku guncangkan dunia!"

Seorang guru pernah bilang, mengapa anak muda selalu jadi simbol perubahan. Beliau membuat analogi sederhana: anak kecil itu menang 1 hal dan kalah di 2 hal. Waktunya banyak, tapi tenaga lemah, finansial pun lemah. "Orangtua pun begitu", kata beliau, "menang 1 hal, kalah 2 hal."

"Orangtua itu menang dalam finansial. Keuangannya lebih stabil, tapi waktunya menipis dan tenaganya pun mengempis."

Tapi anak muda, waktunya banyak. Tenaganya besar, meskipun seringkali sumber dayanya masih belum settle. Menang dalam 2 hal, dan masih berjuang dalam 1 hal lain.

Dalam alam pikiran, anak muda menjadi berani melakukan sesuatu justru karena sedikit pengalamannya. Masih mencoba, sedang meraba, terus berimajinasi. Sementara orangtua —kata seorang guru— justru kadang takut dengan perubahan karena sudah terlalu banyak makan asam garam hidup.

Itulah mengapa Ibnu Katsir menafsirkan penyebutan "pemuda" dalam Al Kahfi yang dengan ungkapan memesona, "mereka lebih sigap menerima kebenaran dan lebih jernih meniti jalan. "Dan itulah, ternyata yang paling banyak menerima panggilan dari Allah dan Rasul adalah anak muda."

Tapi, sebagai tadabbur, ada satu nasihat guru di Madinah yang masih saya ingat, "masa muda itu ditentukan oleh manusia sendiri." Ada yang muda tapi berpikirnya sudah banyak menyerah. Muda tapi pola hidupnya seperti sepuh. Sedangkan, banyak orangtua yang tetap berjiwa "muda."

Pada akhirnya kita tahu, yang menentukan muda atau tidaknya kita sebenarnya bukan semata-mata umur, tapi sudut pandang.

Siapapun yang tidak pernah mewisuda dirinya untuk terus belajar, ia akan tetap menjadi penyambut dan aktor bagi perubahan.

Bekasi, 14 Februari 2023

rasadanaksara
2 years ago

Ada tangis yang tak terdengar

Ada isak yang mencoba di tahan

Namun, pada akhir nya lolos tak tertahan.

Lagi-lagi Dia buktikan bahwa diri ini lemah dan tak berdaya jika bukan karena-Nya. Duhai Sang Pemilik diri bimbing diri ini dalam setiap langkah nya, bantu kelola setiap rasa yang menghinggapi hati baik itu rasa sedih, kecewa, marah dan rasa-rasa yang lain nya.

Duhai Rabb, tatalah segala urusan ku karena aku tak sedikit pun mampu untuk menata nya :")

rasadanaksara
2 years ago

Semantap-mantapnya kita merencanakan masa depan, tetap sisakan ruang untuk ridha bahwa hari esok memang di luar kehendak kita. "The future's not ours to see."

Dan isi ruang itu dengan tawakkal bahwa apa yang terjadi di luar perencanaan kita, adalah yang terbaik dari Allah.

Dan iringi dengan doa yang Rasulullah ajarkan pada pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib ketika ia meminta diajarkan sebuah wirid...

Rasul bersabda, "mintalah afiyah pada Allah..." Afiyah bermakna kebaikan yang lengkap. Afiyah dalam agama, afiyah dalam dunia. Afiyah dalam kebaikan.

Dan itulah salah satu doa andalan yang selalu diucapkan pula oleh Khalifah Abu Bakr Ash Shiddiq. Kalau kita lihat perjalanan hidup beliau, kita akan tahu bahwa dunia dan akhiratnya begitu lengkap dan indah.

اللهم إني أسألك العافية في ديني و دنياي

"Allahumma innii as'alukal afiyah fi diini wad dunyaya.." (HR Ahmad)

rasadanaksara
2 years ago

Dalam kajian nya yang berjudul "Hadir Sepenuh Jiwa" Ustadz Oemar Mita pernah menyampaikan tentang sebuah tangki hati seorang wanita.

Bagaimana tangki itu harus selalu terisi penuh agar apapun yang terjadi dan dalam kondisi seperti apapun ia dapat melewati nya.

karena "Orang yang beruntung adalah ia yang mampu mengembalikan hati nya sebelum fisik nya".

Begitu jugaa saat kemarin malam, selesai mengajar di salah satu lembaga Rumah Tahfidz seperti biasa baik Ustadz maupun Ustadzah selalu memberi Nasihat kepada kami selaku santri nya. "Seorang Muslimah harus tau bagaimana cara mengelola hati".

Jadi, pandai-pandai mengelola hati yaa wahai diri ^_^

rasadanaksara
2 years ago

"Jika terdapat dua pilihan yang sama baiknya" begitu pesan Imam Asy Syafii "pilihlah yang paling menyelisihi nafsumu"

Mungkin secara makna, pesan ini bisa digunakan dalam berbagai peristiwa dalam hidup yang mengharuskan kita menentukan pilihan

Tapi, aku sendiri membaca pesan itu dalam buku Ustadz Salim A Fillah, Ketika Aku dan Kamu Menjadi Kita.

Yaps, buku tema pernikahan. Dan ini yang kedua, setelah buku Nikmatnya Pacaran Setelah Menikah. Dari sekian banyak buku beliau, tema ini (re: pernikahan) adalah yang baru-baru masuk ke dalam daftar bacaan, alasanku, ya menunggu timing yang pas, dan disesuaikan dengan kebutuhan.

Kembali ke pesan Imam Asy Syafii. Pesan tersebut padat tapi tegas, "pilihlah yang paling menyelisihi hawa nafsumu"

Ah betapa berat rasanya hari ini.

Segala hal yang berkaitan dengan pernikahan berseliweran di media sosial. Apakah salah? Tidak, cuma agak miris ketika sunnah nabi yang begitu agung ini, bahkan dikatakan sebagai mitsaqan ghaliza, janji yang amat agung, 'dibumbui' tanpa ilmu dan adab, yang hanya merangsang keinginan untuk bersegera tanpa didasari dengan niat yang agung juga

Normalisasi hubungan sebelum ikatan terjadi, keuwuan rumah tangga yang tidak edukatif, sampai sebagai ajang 'mencari', mungkin harus kita periksa lagi, apakah sudah coba diamalkan pesan Imam Asy Syafii

"yang menyelisihi nafsumu"

Ya, ini sekadar kegalauan yang semoga menyadarkan, terutama buat yang nulis, bahwa pernikahan bukan seremeh temeh konten yang ada, tapi ia adalah janji yang amat agung. Perjalanan belajar seumur hidup, ibadah terpanjang, dan harusnya jadi satu langkah untuk memperbaiki peradaban

Semoga juga, tulisan ini tidak disertai dengan hawa nafsu, yang menunjukkan untuk kebelet nikah.

Tapi pemicu untuk terus belajar, agar saat memulai ibadah ini, dimulai dari niat yang bersih, sehingga prosesnya pun 'bersih' dan bahkan saat Allah mencukupkan, Allah panggil kita dalam kondisi yang bersih

rasadanaksara
2 years ago

Rindu itu akan terjaga dan terhindar dari fitnah jika dilangitkan, ia akan membesar jika keduanya bertemu dalam doa, ia akan murni jika saling ikhlas atas ketentuan masa depan, dan rindu akan suci jika tidak mencemarinya dengan keburukan.

Tapi, rindu itu akan menjadi palsu jika menyerahkan semua yang dimiliki sebelum waktunya, dan rindu akan sangat menyedihkan jika yang diincar hanya fisik dan dunianya.

Dan kamu tahu? rindu itu akan sangat istimewa jika saling menjaga dengan cara yang baik.

Selamat menjaga rindu dengan cara yang baik, mengusahakan dengan yang baik, dan menjemputnya dengan cara yang baik.

@jndmmsyhd

rasadanaksara
2 years ago

Kalau semangat Ramadhanmu mulai kendor, bacalah tulisan ini. Semoga membantu...

Tahukah kamu bahwa setiap semua kenikmatan mau itu bentuknya besar atau kecil, banyak atau sedikit, fisik maupun non-fisik, nantinya akan dipertanyakan?

Dalam Q.S. At-Takatsur : 8, Allah SWT berfirman,

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”  (QS. At Takatsur: 8).

Bahkan semua pakaian, iya pakaian, yang kita miliki hari ini kelak di akhirat akan dimintai pertanggungjawabannya. Maka, kata seorang ustadz, setidaknya kita pernah menggunakkannya untuk sholat, agar menjadi hujjah di yaumil akhir nanti.

Dan imanilah! Bahwa tidak akan ada satupun yang luput dari proses perhitungan itu!

Saya teringat kembali pada satu riwayat yang beberapa waktu lalu teman saya dapatkan saat kuliah tarawih kemudian dia storykan, isinya tentang dua orang yang bersamaan masuk Islam, yang satu sangat semangat beramal dan berakhir syahid di medan jihad, sedang satunya ibadah biasa saja namun usianya Allah tangguhkan sampai setahun kemudian, dan wafat ditempat tidurnya.

Hingga ada satu sahabat yang bermimpi, bahwa "sahabat yang biasa" tadi lebih dahulu masuk ke surga, kemudian menanyakan kepada Rasul, lantas beliau jawab,

"Bukankah orang itu masih hidup setahun setelah kematian temannya yang syahid di jalan Allah?"

Kemudian riwayat lain, yang saya dengar pertama kali saat masih SD, yang kemudian merubah penyikapan saya tiap kali disampaikan di bulan Ramadhan, untuk memberikan yang terbaik. Bahwa ada 3 golongan manusia yang celaka. Salah satunya adalah, orang yang disampaikan usianya di bulan Ramadhan tetapi ia tidak diampuni.

Dari dua riwayat diatas, sudahlah kita ambil kesimpulan bahwa disampaikan usia di bulan Ramadhan adalah merupakan KENIKMATAN.

Bukankah tidak sedikit orang disekitar kita, yang menjelang Ramadhan, tinggal beberapa hari, ajalnya duluan yang menyambut?

Lantas, sudahkah kita mensyukuri kenikmatan Ramadhan ini? Dengan sebenar-benarnya syukur? Syukur yang baik adalah yang pertama diucapkan secara lisan, dan yang kedua adalah dikonversikan dalam bentuk ketaatan. Sebagaimana pakaian yang akan menjadi hujjah ketika digunakan untuk sholat tadi.

Pertanyaannya,

Sudahkah kita benar-benar mensyukurinya?

Bukankah, dijumpakan dengan Ramadhan adalah doa yang selalu kita panjatkan jelang kedatangannya?

Saya kadang berpikir, jangan-jangan alasan Allah masih belum datangkan sesuatu yang kita do'akan, yang ketika bedoa jika dilabulkan akan lebih taat atau lebih ini itu, adalah karena Allah tahu, kalau misal sudah diberikan, alih-alih jadi lebih taat, malah menjadi kufur. Naudzubillah 😔

Mari bersama kita kumpulkan kembali semangat kita, kejar targetan-targetan yang mulai terseok itu, syukuri nikmat ini dengan sebaik dan sehebat-hebatnya syukur, semoga kita semua menjadi orang-orang yang mendapat label, muttaqin. Allahumma Aamiin.

rasadanaksara
2 years ago

Istana Dolmabahce

Tulisan ini ada hubunganya dengan tulisan sebelumnya yang berjudul Tarhib dan Spanduk, bisa stalking-stalking dulu hehe

Dalam Kajian Mulkan Jabariyyan, Ustadz Salim menceritakan di masa akhir Kekhalifahan Ustmaniyah ada sebuah proyek pembuatan Istana yang bernama Dolmabahce. Tujuan Sultan membuat istana ini tak lain adalah untuk menyaingi istana-istana eropa dan menjadi yang termegah diantaranya. Namun, di zaman itu Ustmani mengalami kemunduran dari segala aspek. 

Dijelaskan dalam “The Fall Of The Khalifah” tulisan Eugene Rogan, Barat sudah sangat maju dalam militer dan teknologi, yang di sisi lain Ustmani masih menggunakan teknologi-teknologi kuno dari masing-masing matra militer. Ekonomi merosot yang mengakibatkan bank-bank Ustmani tak memiliki kontrol penuh dalam kebijakan-kebijakan negara. Keadaan sosial sangat parah, hal ini terpengaruh pasca perang Balkan yang memunculkan perlawanan dari provinsi-provinsi luar anatolia, dari keinginan melepaskan diri, sampai menuntut otonomi penuh. 

Sultan tak memiliki kuasa penuh, yang memang pada waktu itu Ustmani menggunakan sistem parlementer yang dipimpin oleh Turki Muda. Seruan Jihad Perang Dunia 1 agaknya tak mendapat respon baik, terutama di provinsi mesopotamia yang tak terlalu “merasa memiliki khalifah” dan berkompromi dengan Penjajah Inggris dan Prancis. 

Tetapi proyek itu tetap dilanjutkan oleh Sultan.

Ustadz Salim berpandangan, bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk terlihat baik di mata orang, meski tak menjamin apa yang sebenarnya dalam hati. Manusia akan senantiasa menutupi kekurangan-kekurangan yang dimilikinya, dan memoles penampilan secara besar-besaran demi mendapat simpati orang. Dalam hal ini Utsmani yang mendapat julukan “The Sick Man of Europe” mencoba menutupinya dengan hal-hal yang kurang fundamental, salah satunya membangun istana.

Refleksi sederhana, tapi cukup ngena. Penampilan yang megah atau keren dimata orang nyatanya tak mampu menyembunyikan kerapuhan yang ada di dalam. Malahan, terkesan terlihat munafik atau menyepelekan masalah yang harusnya segera diselesaikan. 

Memang dunia ini penuh ujian. Semoga dikuatkan.

rasadanaksara
2 years ago

"Putus asa hanya layak bagi mereka yang tak mengenal Rabb-Nya"

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"..., dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir." Qs. 12:87

Jum'at, ٢٩ Sya'ban ١٤٤٣ H

#countingRamadhan #AksaraRasa #Ceritahariini

rasadanaksara
2 years ago

Negeri ini perlahan kehilangan Rahmat dan Berkah Allah

Entah apa yang terjadi belakangan ini, kondisi pandemi yang membuat orang merasakan mati sebelum ajalnya. Langit bercerita tentang nasib manusia yang kehilangan keyakinan dan harapan akan masa depan. Padahal sudah jelas bahkan teramat jelas bahwa semua kehidupan ini Allah sudah atur selagi para hamba yakin tanpa ada sedikit keraguan sehingga Allah menurunkan keberkahannya kepada Negeri ini.

Manusia Negeri ini semakin hari semakin tidak karuan, semua berjalan menjauh dari jalan keberkahan dan rahmat Allah. Semua berlomba menjadi orang dengan status kaya, pamer harta dianggap hal biasa tanpa menjaga perasaan orang kelas bawah yang makan aja susah, sehingga timbul orientasi kesana dengan berbagai macam cara.

Serba online, semua aktivitas memanfaatkan media komunikasi online pendidikan, pekerjaan, organisasi dan lainnya. Kasus pinjam meminjam online marak sekali, judi online, permainan saham dan lainnya tanpa memperdulikan kehalalan.

Kasus ibu yang menggoreskan pisau di leher ke tiga anaknya. Sambil tersenyum dan tidak sedikitpun merasa bersalah ia merasa dalam benaknya ia telah berbuat hal baik. Ibu itu berfikir lebih baik anak-anaknya lebih baik mati, supaya tidak susah seperti dirinya. Ibu ini menyimpan banyak sekali rasa sakit sehingga tidak mau anak-anak seperti disinya.

Lantas apakah ada keterlibatan kita dalam kejahatan ini, wahai engkau yang berbayang pada cermin, Mungkin hidup sang ibu menjadi sempit karena perlakuan engkau, sehingga hidupnya kacau dan jalan pikirnya berantakan sehingga berbuat demikian. atau engkau diam ketika menyaksikannya menderita begitu pelik?

Itu contoh dari sekain banyak contoh kejadian yang menjadi PR besar bagi aktivis dakwah dalam memandang peliknya masyarakat di negeri ini.

Baru-baru kemarin dunia internasional dipertontonkan aksi kesyirikan nyata di negeri Muslim Terbesar di dunia, mereka asik menertawakan, takpula ada yang percaya, kesyirikan yang di fasilitasi negara. Miris! terlebih wakil presiden sendiri adalah seorang "ulama".

Kemana Para Da'i penyeru kebaikan di negeri ini, apakah sibuk dengan masalah internal masing-masing, bukankah ada beragam organisasi islam, bukankah ada begitu banyak pemuda muslim cerdas?

Ya, barangkali engkau merasa nyaman karena kesibukanmu di jalan dakwah. Melihat kejadian ini bukankah ini menjadi evaluasi yang baik untuk dakwah kita? Wajah negeri dan bangsa kita seperti ini, perlahan berpaling dari rahmat dan keberkahan. Suka ataupun tidak ya seperti ini nyatanya.

Diluar sana pun ada begitu banyak jiwa yang merintih kesakitan, namun apakah dakwahmu telah menawarkan kesejukan untuk dahaga mereka? Ketika engkau menutup diri dan enggan peka dengan kondisi negeri, Sibuk membuat agenda-agenda yang wah terkadang ouputnya tidak 100% untuk dakwah, membuat terkenal dan dikagumi, namun masih pula menyebut dirinya sebagai da'i? Jika engkau perhatikan kerumitan yang terjadi di negeri ini, artinya dakwah belum terjangkau kesana.

Saudaraku, di manakah kontribusi dalam semua kejahatan ini? adakah engkau merasa aman di hadapan Allah ?

Perlahan negeri ini kehilangan Rahmat dan Berkah akibar maraknya Manusia yang melupakan Allah dan Diam nya para Da'i dalam menguatkan nilai agama pada Negeri.

-Abubua

rasadanaksara
2 years ago

Sambil ngantuk-ngantuk, ada murrotal surat dhuha lewat di Youtube. Tiba-tiba kepikiran sesuatu tapi ndak sempet ngetik panjang. Tapi kalau dirangkum tuh kurang lebih begini:

Allah sudah menjamin kehidupan setiap makhluk-Nya. Hal yang tersulit bagi kita justeru menjaga akal kita agar tetap menghadap kepada Allah saat kita dikaruniai kebahagiaan ataupun diuji dengan kesedihan.

Hal yang perlu kita syukuri adalah....

Permintaan Allah kepada hamba-Nya tidak muluk-muluk. Dia menyediakan ladang amal di setiap kondisi. Dalam kelapangan ataupun kesempitan. Di waktu dhuha ataupun di waktu malam.

Melihat bagian akhir di surat dhuha yang mengajarkan kita untuk berbuat baik kepada dhuafa semacam memberi insight bahwa atas segala hal yang telah lama kita khawatirkan, biarlah semua dalam genggaman Allah. Kita percayakan kepada-Nya.

Selebihnya, seperti firman Allah dalam surat dhuha, kita jalankan peran sebagai manusia untuk berbuat baik kepada sesama dan melindungi yang lebih lemah.

Apa yang ada di bumi itu amanah kita bersama. Kita tidak perlu menjadi orang dengan kemampuan super dan karya monumental. Cukuplah menjadi manusia yang selalu berusaha sadar atas kewajibannya baik di waktu lapang ataupun sempit.

...

Kalau surat Al Fatihah dianggap intisari isi Al Qur'an, mungkin surat dhuha memperjelas Iyyaaka na'budu, wa iyyaka nasta'in. Hanya kepada Allah kita meminta pertolongan. Bahkan untuk menjalankan peran sebagai manusia yang sederhanapun, kita tetap butuh pertolongan dari Allah....

...

Fa amma bini'mati robbika fahaddist. Semoga kita bisa menjadi manusia yang selalu bersyukur dan menampakkan rasa syukur atas nikmat Allah melalui perbuatan baik kepada sesama. Sehingga orang di sekitar kita juga bersyukur atas kehadiran kita. Kemudian rasa syukur mereka juga membuat mereka istiqomah berbuat baik.

...

What a random ~XD

rasadanaksara
2 years ago

“Melarikan diri dari pertempuran adalah kepengecutan yang dicela dalam Al Quran”, begitu nasihat Dr. Saiful Bahri sempat terutarakan, catatan nasihat beliau tentang ini masih saya simpan. Lari dari masalah, dari amanah, maupun dari tanggung jawab bukanlah kebiasaan seorang yang bertakwa, ia adalah sikap seorang pecundang.

Satu-satunya lari yang dianjurkan dalam Al Quran ialah lari menuju kebaikan, fafirru ilallah. Bahkan untuk kebaikan kita dianjurkan untuk bersegera (saari’u), berlomba (saabiqu) dan berlari (fafirru). Maka jadilah pelari ulung dalam kebaikan, pelari yang paham bagaimana mengelola energinya, tau aturan main dan sportif. Pelari ulung yang sibuk mencapai rekor demi rekor sehingga menjadi yang terbaik dari yang terbaik (waj’alna lil muttaqina imama).

rasadanaksara
2 years ago

Kedudukan Suami dan Istri

Setelah menikah, aku seringkali dihadapkan dengan banyak realita yang bersinggungan dengan kedurhakaan istri terhadap suami, yang berimbas pada retaknya rumah tangga, ketidakharmonisan keluarga, selingkuh, cerai, hingga bunuh diri.

Realita di sekitar itu nyata rasanya. Fenomena durhaka merupakan salah satu ketakutanku dulu saat sebelum menghadapi pernikahan.

Islam mengajarkan, bahwa kedudukan suami itu lebih tinggi dari istri. Bahkan Rasulullah juga pernah menyampaikan, seandainya boleh bersujud pada manusia, Rasulullah memerintahkan istri untuk sujud pada suami. Why? Ya nggak tahu, syariat nggak usah dinalarlogika pake akal, nanti kita ujung-ujungnya malah menuhankan kecerdasan kita sendiri.

Nah, paham kan, gimana pentingnya memilih suami dari segi akhlak dan agama; yang bisa diajak diskusi, dan satu frekuensi soal value hidup? Ya karena gimanapun suami kita nanti, kita harus ngimam ke dia loh.

Nggak usah banyakin PR, berharap dia nanti berubah. Manusia nggak semudah itu berubah cuy. Realistis aza.

Mau seperti apapun juga suami, ia tetap memiliki kedudukan di atas istri. Meski barangkali di beberapa case, si istri lebih tinggi status sosialnya, atau keilmuannya, atau hartanya, atau gajinya.

Rasanya penting sekali memahami hal ini. Kalau kita kemakan ego sendiri sih, ya habis sudah rumahtangga. Istri merasa lebih tinggi; merasa nggak mau terlihat lebih rendah atau derajatnya harus sama; merasa nggak butuh suami; merasa bukan hal yang penting melayani suami dari hal-hal kecil. Begitu pula sebaliknya, suami terhadap istri.

Ini sih kembali lagi pada diri masing-masing ya, kita mau pegang value hidup berupa hukum agama atau pemikiran-pemikiran lain? Yaaa yang jelas sih, kita harus menyamakan persepsi itu sebelum masuk ke jenjang pernikahan.

Menjadi suamipun meski kedudukannya lebih tinggi, ya juga jangan banyak menuntut ini dan itu pada istri, toh ia punya keterbatasan. Kenali dirinya, lihat kebiasaannya dulu, latar belakangnya juga, beri waktu ia beradaptasi. Begitu pula istri terhadap suami.

Daripada banyak menuntut diantara keduanya, mending dikomunikasikan, saling diskusi, beri ruang tumbuh satu sama lain. Perjalanan pernikahan ini memang mengharuskan kita belajar, belajar menurunkan ego; belajar untuk saling memenuhi kebutuhan; belajar untuk saling memahami; supaya saling nyaman satu sama lain.

Setelah mendengar kabar salah satu keluarga dari rekan kerja, yang bunuh diri setelah cekcok dengan pasangannya, aku berdiskusi, bercerita pada suami, dan bilang pada suamiku, "Kalau aku ngelakuin kesalahan, tolong mas bilang aja ke aku ya"

Jika saat ini kita diberi pasangan yang baik, maka bersyukurlah. Namun jika belum dipertemukan, percayalah, bahwa yang paling penting dari hidup ini bukan semata-mata pernikahan, melainkan bagaimana kita belajar untuk terus bertumbuh dan berbenah; beradaptasi; berperan dan berdaya; juga memperluas zona nyaman kita.

Buntok, 10 Maret 2022 | Pena Imaji

rasadanaksara
2 years ago

Seseorang yang menangis karena dosanya, maka Tuhan akan membuatnya menangis dengan luasnya ampunan untuknya. Dan sesiapa yang menangis dalam doanya, Tuhan akan membuatnya menangis dengan apa yang akan diberikan untuknya.

Mungkin kita hari ini tidak banyak menangis untuk-Nya, kita lebih sering menangis untuk manusia dan soal dunia. Tegurlah diri sendiri, yang hatinya mulai kosong dari mengharap pada-Nya.

@jndmmsyhd

rasadanaksara
3 years ago

Sembilan

Pada suatu masa, di kedai kopi favorit yang juga jualan buku bekas, saya menemukan sebuah buku yang cukup menarik perhatian, judulnya “Cintaku di Masjid Kampus (Mazhab Cinta Aktivis Harakah).” Alih-alih mendapatkan cerita novel semacam tulisan Kang Abik, saya disuguhkan dengan esai ilmiah yang  membedah apa itu cinta, dakwah kampus, dan hubunganya dalam mewujudkan Ustadziatul Alam. 

Tentu, kalau berbicara dakwah kampus tak pernah lepas dengan apa yang dinamakan cinta. Sebuah gelora perasaan yang hadir beriringan dengan aktivitas dakwah, menjanjikan kedamaian hati dan tentu pahala bagi siapa yang dapat merengkuhnya. Cinta akan Allah, Rasulnya, dan juga lawan jenis. 

Diawal buku tersebut memang tak banyak membahas ayat-ayat Al-Quran atau hadis. Tapi Penulis mengajak kita untuk berpikir secara fitrah manusia dengan menyandingkan teori-teori filsuf barat, dengan pengalaman empiris para aktivis dakwah yang ada di kampus. Saya mengambil kesimpulan, cinta dengan segala definisinya adalah luapan perasaan yang perlu dikontrol. 

Zaman Keterbelakangaan eropa memberikan contoh cinta yang berlebihan dapat menghancurkan kemanusiaan. Saling membunuh, merasa paling cinta negara(kaum, ras, etnis) dan kekuasaan. Atau cinta dalam praktek hubungan seperti binatang (Free Sex, Aborsi, dan lain-lain) yang hari ini zaman keterbelakangan itu diulang lagi. Agama Islam hadir sebagai bentuk kontrol dengan batasan yang jelas agar manusia sesuai dengan fitrah dan mulia.

Dalam aktivitas dakwah kampus, cinta ini bisa menjadi pisau bermata dua. Dapat mendekatkan diri dengan Rabb dengan meningkatkan ketaqwaan, atau cinta berlebihan yang menimbulkan ashobiyah terhadap golongan —dengan konteks saat masa reformasi ekspresi keislaman yang beragam. Ini perlu menjadi perhatian penting untuk aktivis harakah agar tak terjebak ashobiyah yang berpotensi menjadi kejumudan gerakan.

Lain halnya cinta dalam hubungan antar aktivis, kultur gerakan dakwah kampus telah membentuk batasan ikhtilat yang jelas agar ruh dari setiap aktivis lurus menjaga niat dalam berdakwah. Hal ini senada dengan peringatan dari Syekh Yusuf Qardhawi tentang bahaya terbesar dalam aktivitas dakwah adalah popularitas. Aktivis yang ikhwan jangan terlalu tebar pesona, menundukan pandangan, sedang yang akhwat mewajarkan suara dan komunikasi seperlunya. 

Buku ini kembali mengingatkan saya kembali bahwa makna cinta itu tak sesempit hanya hubungan pernikahan. Bukan soal kemesraan antara 2 insan atau para jomblo yang mempersiapkan diri untuk meminang akhwat incaran, kode-kodean lewat media sosial, atau interaksi yang melunturkan ketulusan niat dalam dakwah. Cinta yang utama tentu ditujukan kepada Sang Pencipta dan Uswatun Hasanah. Cinta yang ada dalam diri manusia sejatinya juga perlu dikontrol, faktor nafsu yang ada di dalam manusia dan iman kita kita yang mudah melemah, lagi-lagi hanya kepada Allah kita memohon pertolongan. 

Meminjam nasihat Buya Hamka : “Cinta itu perang, yaitu perang yang hebat di dalam rohani manusia. Bila jiwa yang suci beroleh kemenangan, kelak akan didapati seorang yang tulus, ikhlas luas faham, sabar dan terang hati. Jika ia kalah, akan didapati seorang putus asa sesat, lemah hati, kecil perasaan, bahkan kadang-kadang hilang kepercayaan kepada diri sendiri.”

Tetap semangat di Jalan Cinta Para Pejuang. Salam Cinta Atas Nama Perjuangan.

#SebelumRamadan

24.07.1447H | @mamadkhalik

rasadanaksara
3 years ago

"Bukan hidayah nya yang tidak mendekat, melainkan hati kita nya yang tak mau terikat. Bukahkah hidah-Nya begitu bertebaran? Tapi mengapa seolah hati kita kian sempit bak terjepit. Pengap dan sesak di rasakan.

Coba tanyak pada hati, sudah kah mengiba memohon ampun atas khilaf yang kerap kali di perbuat? Hingga hati terpenuhi oleh noktah hitam yang kian lama kian menutupi dari tersinarnya hidayah itu sendiri.

Cimahi, 19 Rajab 1443

#renunganuntukdiriyangbanyakalfa

rasadanaksara
3 years ago
Pertanyaan Untuk Apa Dan Untuk Siapa Nampak Nyaa Harus Sering Di Pertanyakan Ketika Kita Akan Melakukan

Pertanyaan untuk apa dan untuk siapa nampak nyaa harus sering di pertanyakan ketika kita akan melakukan sesuatu. Jangan-jangan ketika kita melakukan sesuatu masih karena mahluk nya bukan karena-Nya. Ketika kita ingin menjadikan apa yang kita lakukan menjadi kebaikan dan bernilai di sisi-Nya maka apa yang kita lakukan haruslah berdasar. Yaa berdasar apakah karena-Nya atau karena nya.

Dan terkadang kita abai. Yaps, abai karena saat futur melanda, kantuk mendera seolah diri tak sanggup untuk tegak berdiri di penghujung malam, seolah lisan tak sanggup untuk menyelesaikan lembar demi lembar surat cinta-Nya. Seolah merasa diri paling berkeringat menuntaskan tugas saat fajar menyingsing sampai bulan tersungging.

Dan akhirnya sampai pada titik dimana terdengar suara bening di dasar jiwa terdalam yang suara nya lirih namun lembut menggetarkan jiwa yang kering.

Apa kabar iman, yang diawal begitu bersemangat mengangkat pena menuliskan poin-poin target yang harus terselesaikan, apa kabar jiwa yang di awal merindu malam-malam syahdu berjuta ampun.

Ayo bangun lagi, semua belum berakhir masih ada waktu untuk memaksimalkan nya. Terkadang kita di benturkan dengan berbagai hal yang di tengah perjalanan benturan itu menjadi distraksi dan kita limbung dibuatnya.

Namun yakin lah, suara bening itu adalah karuni-Nya dan itu adalah sebuah tanda bahwa Dia masih setia menunggu kita untuk kembali bangkit dan memaksimalkan target di penghujung waktu ini.

rasadanaksara
3 years ago

Tiga

Dalam sebuah kajian, saya mendapatkan pengingat pentingnya Tazkiyatun Nafs/Tarbiyah Dzatiyah. Tahap pembinaan awal tujuanya adalah Syakhsiyah Islamiyah yang diwujudkan dalam bentuk amal keseharian. Namun ada satu hal yang terkadang terlewat dalam tahap ini, bahwa Syakhsiyah Islamiyah harus membentuk pribadi yang minimal selesai dalam urusanya sendiri. Harapanya, ketika sudah selesai tidak menjadi beban dalam amanah-amanah dakwah kedepan. Tentu dinamika di lapangan tak semudah yang dibayangkan, dampak yang akan dihadapi berpotensi meregangkan barisan. Syekh Yusuf Qardhawi memperingatkan Tarbiyah Dzatiyah yang goyah akan mudah kalap dengan nikmat dunia, salah satunya adalah popularitas. Dakwah memberikan kefasihan dan juga kemahiran untuk mendapat kesempatan yang lebih baik. Namun ketika larut dalam ketenaran dunia, dapat berpotensi menjadikan lupa. Tentang amanah, komitmen, ruhul istijabah, dan bahkan panggilan Allah sekalipun. Saya jadi teringat sebuah nasihat dari seorang senior : “Produktivitas dakwah itu bukan dilihat dari kesibukan yang ada, namun bagaimana hadirnya kita dapat meringankan beban dakwah yang ada.” Maka, Tarbiyah Dzatiyah menjadi penting. Sebagai pondasi utama, perluasan fikroh dalam bentuk amal, dan tentu selesai dengan diri sendiri. Dan yang terakhir, jangan sampai kita sibuk membesarkan nama, tapi lupa membesarkan peran.

06.07.1443 | @mamadkhalik

rasadanaksara
3 years ago

"Mengambil Peran Terbaik"

Siapa yang tak pernah mendengar kisah dari Abu Al-Anbiya? Yang keteladanannya semerbak harum mewangi di seantero jagat-Nya.

Membuat penduuduk langit maupun bumi cemburu atas pengorbananya. Pengorbanan yang nyata demi tunduk dan patuh pada titah Rab-Nya.

Pengorbanan yang menjadi contoh untuk ummat setelahnya.

Pengorbanan yang tanpa tapi dengan hati penuh ikhlas berseri demi Ridho Sang Robbul Izzati.

Sudah selayaknya kita meneladani pengorbannya mengambil peran terbaik mencontoh jejaknya.

Bulan dzulhijjah bulan yang penuh makna sebagai bulan pengorbanan di penuhi dengan amal di lakukan dengan tindakan sebagai bentuk keteladanan dari Abu Al-Anbiya Ibrahim aliahissalam dan putra nya Nabi Ismail alaihissalam.

Yuk berQurban dengan Qurban terbaik mengambil peran untuk meneladani kisahnya.

Jangan lupa berQurban yahh, setidak nya sudah punya niat yang tertanam. Biar Allah yang mampukan :))


Tags :
rasadanaksara
3 years ago

Sediakan waktu beberapa menit saja dalam 1 hari, bukan untuk bersenang-senang. Sisihkan waktu sejenak saja untuk berbicara pada hatimu, kenapa sampai saat ini masih belum menemukan ketenangan dan sering kali gusar pada urusan masa depan?

Barangkali yakinmu pada Tuhan yang tidak lagi kuat dan dalam, atau mungkin memang sudah terlalu jauh kamu melangkah tapi salah jalan. Dunia ini terlalu bising dan rumit untuk kita dapatkan, terlalu banyak duri dan lelucon untuk kita habiskan sepanjang usia.

Jangan lagi kamu merasa rendah dan terbelakang dari mereka yang terlihat kaya dan bernuansa penuh kemewahan, akan semakin rusak sudut pandangmu dan akan semakin jatuh harga dirimu. Sering-seringlah melihat mereka yang bisa mengakhiri hidupnya dengan kebaikan, perbanyaklah melihat mereka yang bisa bersyukur meski rezekinya terlihat sedikit olehmu.

Apalah arti dunia ini jika hanya kamu isi dengan persaingan guna memperindah mobil dan memperbesar rumah? Apa tidak rugi jika sepanjang hari ini hanya dihabiskan untuk menimbun uang di rekening yang akan dihabiskan untuk kesenangan dan hiburan saja? Ayolah, hidup tidak serendah dan serumit itu.

Tanyakan pada hatimu, apakah ini hidup yang kamu idamkan selama ini? Apakah tenang jika tiap hari hanya berkutat pada hiruk pikuk dunia dan leluconnya?

Tidak, aku tidak berbicara soal kehidupanmu dan semua kesibukanmu. Aku hanya ingin sendiri dengan hati dan pikiran, menenangkannya dan meredakan panas tersebab dunia yang mulai masuk ke hati. Memikirkan bagaimana keadaan saat usiaku nanti berakhir, mengira-ngira apa yang bisa aku banggakan untuk membeli surga yang mahal.

Bukankah soal kualitas dan kuantitas ibadah, sholat, puasa dan semuanya hanya antara aku dan Tuhan saja yang tahu? Ya Allah, mudahkanlah kami semua untuk mendapatkan kebaikan di akhir usia, dan mendapatkan sebaik-baik doa perpisahan.

@jndmmsyhd

rasadanaksara
3 years ago

Memilih Pasangan Hidup

Nanti, kalau kamu hendak memilih pasangan hidup, akhlak dan agama memang utama. Pastikan memilih dengan sadar, meminta petunjuk pada Yang Kuasa, diiringi niat yang benar.

Pilihlah yang satu prinsip, cocok dengan karaktermu, juga keluargamu. Konflik itu niscaya. Namun, jangan menambah-nambah potensi konflik karena ketidaksamaan nilai hidup yang dimiliki keduanya. Jangan pernah menafikan kekurangan manusia, karena tidak ada manusia yang sempurna.

Berbeda karakter memang fitrah, namun berbeda value tentu akan sulit untuk menyatukannya. Jangan mengharapkan perubahan seseorang setelah menikah, karena berubah tidak semudah itu, apalagi yang menyinggung soal prinsip hidup.

Rupa akan lapuk dimakan usia. Harta akan habis oleh masa. Namun, iman dan ilmu agama yang kokoh bisa menuntunmu pada surga. Cinta akan tumbuh dengan sendirinya selama Pencipta menjadi alasan utama.

Apa-apa yang dibangun karena Allah, semoga akan tetap kuat meski badai dan hujan seringkali menerpa.

Sidoarjo, 27 Mei 2021 | Pena Imaji

rasadanaksara
3 years ago

"Hai Muhammad! , Hiduplah sesukamu tapi engkau pasti mati. Berbuatlah sekehendakmu, tapi engkau akan dimintai pertanggung jawaban. Cintailah siapapun yang kau dambakan, tapi kau pasti kan berpisah darinya". (Jibril Alaihis salam)

#reminder