"Betapa Berulang Kali Kita Belajar Dari Kisah Ibrahim Dan Ismail, Bahwa Cinta Adalah Kesediaan Berkorban,
"Betapa berulang kali kita belajar dari kisah Ibrahim dan Ismail, bahwa cinta adalah kesediaan berkorban, kesediaan mempercayai di saat ragu terus menerus datang tanpa henti; bahwa ikhlas adalah engkau MAMPU BERLARI, namun engkau tetap memilih tunduk, tak melawan." -Apostrof.id
-
flowersflyandthebloom liked this · 8 months ago
-
bundaleniii reblogged this · 9 months ago
-
phiphohbie reblogged this · 9 months ago
-
cokerutou liked this · 9 months ago
-
phiphohbie liked this · 1 year ago
-
phiphohbie reblogged this · 1 year ago
-
xxxselly liked this · 1 year ago
-
anothamyself liked this · 1 year ago
-
asoeateeputroephon reblogged this · 1 year ago
-
katasandinyalupaa liked this · 1 year ago
More Posts from Abdillahblog
"Jangan berisik lohhh" Ucapku tanpa sadar pada isi kepalaku
Alhamdulillah 1 kunci menuju krapyak telah terbuka. Mari berusaha membuka kunci lainnya...
Pada akhirnya yang saya punya hanya Allah, Al-Qur'an, dan diri sendiri
Turun ngewakilin rt dalam pertandingan beregu itu bebannya sangat terasa. Ngga kebayang gimana mentalnya atlet ketika dipercaya wakilin negara dan semisal kalah itu kalau dihujat pedes banget.
Baru kali ini sama cece ketika main dari awal game-selesai cece banyak nenanginnya, kaget aja, 10 tahun lalu les bareng kita ngga pernah jadi pasangan karena sama-sama main single. "Udah 18 nih, 4 point lagi ya" "Jangan buru-buru yang penting koknya masuk aja dulu" "Sorryy" "Tenangg, tenangg" "Siaapp yaa" "Kamu yang eksekusi yaa" "Kalau lagi di depan fokus jangan mikirin belakang, aku yang cover" "Iyaa gapapa"
Dulu pernah dinasehatin sama senior "Kamu harus belajar percaya sama pasanganmu" Percaya kalau dia bisa cover dan mainnya rapih ngga panikan. "Kalau kamu bisa in sama cece kalian yang turun yaa" Lawannya agak hmmm karna pernah liat pas latihan di hall, ku saja sudah ovt tapi yaa berjuang nomer 1 hasil urusan terakhir walau hasil itu yang paling diliat sama orang 😅

"Jangan ditaro sembarangan" Tanpa sadar nadanya mungkin terdengar sedikit ketus, sorot matanya tajam, tanpa aba-aba, terjadi begitu saja
"/hanya memberikan reaksi senyum dengan giginya yang terlihat; sebagai tanda bersalah dan meminta maaf atas keteledorannya serta ingin segera damai, tidak lupa acungan jempol ikut turut serta/" Reaksi spontan yang Ia lakukan (?), mungkin lebih dari 3 detik mata itu saling tertaut dan aku melihatnya,
Jauh di dalam lubuk hatiku mengatakan "yang seperti Ia ya Allah yang seperti Ia" Tapi apa boleh buat, aku sudah lama mematikan perasaanku sendiri. Menginjak-injaknya tiap hari dan mengabaikan apa yang aku rasakan. Sesungguhnya aku tidak punya banyak waktu untuk hal seperti ini. Aku cukup tau diri.